Press "Enter" to skip to content

Télmi(=telat mikir)

Last updated on April 18, 2022

Suatu kali di status saya di Facebook, pernah saya isi dengan guyonan seksual, yang menceritakan tentang seorang guru wanita SMP kelas 7, cantik, baik dan sexy. Dia menasehati murid laki-laki yang sering melamun dan memelototi tubuhnya. “Kamu ini melamun terus, nilai-nilaimu anjlok. Kenapa?” Si murid menjawab; “Saya jatuh cinta sama Ibu.” Dengan bijak si guru cantik menjawab; “Memang saya butuh suami, tetapi saya tidak suka anak kecil.” Si murid dengan penuh percaya diri menjawab; “Jangan takut Bu, saya bisa pakai kondom.” Guru; “…??%$#$^??”

Cerita tadi mungkin biasa-biasa saja. Tetapi yang membuat saya jadi tertawa terbahak-bahak karena ada seorang teman yang langsung mengomentari seperti ini; “Emang kondom bisa membuat jadi besar..?” Saya tidak tahu, maksudnya bisa “membuat besar” itu untuk ukuran tubuh atau ukuran alat vital. Lalu komentarnya ini saya jawab; “Adduuuh télmi amat sih loe..”

Besoknya kawan saya ini dengan lebih télmi lagi membalas; “Nggak…kalau memang ada kondom yang bisa bikin besar, gue mau beli…!!!” Hwuahahahaaaaa…!

Télmi, dibaca seperti mengucapkan kata Tell Me dalam bahasa Inggris. Merupakan istilah anak muda dari kependekan kata Telat Mikir atau Terlambat Mikir (berpikir).  Jelas teman saya tadi, di awal komentarnya tidak terlalu terlihat bahwa dia télmi . Tetapi jawabannya yang kedua sudah lebih menunjukkan bahwa dia memang betul-betul télmi.

Terlihat bahwa teman saya tidak paham inti dari joke itu. Bahwa si guru wanita tidak suka/tidak mau berhubungan dengan seorang anak kecil. Apalagi si anak kecil ini adalah muridnya. Tetapi si murid menyangka bahwa si guru mau menjadi istrinya tetapi tidak mau punya anak (kecil). Jadi kalau Anda menyangka inti lelucon itu sama seperti yang dipikirkan oleh teman saya, nah… artinya Anda juga termasuk kelompok manusia télmi.

Kata télmi biasa digunakan untuk menunjukan kondisi dimana seseorang  lambat menangkap maksud lawan bicara. Kadang juga dipakai untuk situasi dimana seseorang salah dengar atau salah menangkap arti perkataan orang lain.

Ini sering terjadi di kota besar, khususnya Jakarta, karena begitu banyak suku bangsa yang tinggal di Ibu Kota ini. Biasanya dalam situasi darurat, terburu-buru atau karena memang sudah pembawaan dari kampungnya, seseorang sering menggunakan bahasa Indonesia yang di tempat kelahirannya ternyata berbeda artinya dengan yang biasa digunakan di Jakarta.

Orang Makasar, biasa menggunakan kata ‘bunuh’ yang artinya untuk mematikan sesuatu (put off), seperti lampu, radio atau televisi. Untuk suatu hal yang artinya benar-benar ‘Bunuh’ atau ‘Membunuh’ (to kill) diutarakan dengan kata ‘Tikam’ (stab) atau ‘Kasih Mati’ (Let Die). Sebab sejak jaman nenek moyang mereka, membunuh musuh adalah dengan cara menikamnya (to stab) menggunakan senjata Badik.  Aduuh..!

Kalau mereka berkata; “Tolong bunuh radio si penjaga malam itu” pada orang Jawa atau Sunda, dapat dinayangkan reaksi kedua orang ini. Mereka akan bertanya-tanya siapa yang harus dibunuh? (to be killed). Radio atau si Penjaga Malam? Wah repot. Kondisi seperti inilah yang dapat menimbulkan situasi télmi bagi si orang yang tidak mengerti maksudnya tadi.

Suatu Minggu pagi yang cerah, saya diundang ke sebuah pernikahan sakral, antara pasangan pria asing (Belanda) dan mempelai wanitanya orang Indonesia. Di tengah suasana suci dan hening itu, kakak ipar saya yang sudah lama tinggal di Belanda berbisik; ”Eh…Andra, si mempelai Pria Belanda itu seorang businessman sukses dan Ayahnya seorang Dokter Binatang…” Sambil menahan tertawa saya balik berbisik ke dia; “Kalau di Indonesia, dokter binatang artinya Dokter Kurang Ajar..!”

Saya kaget setengah mati melihat reaksi dia, karena kakak saya langsung terkekeh-kekeh sadar akan ke- télmi -annya. Akibatnya membuat semua orang menoleh. Seolah kami berdua adalah mahluk Alien yang tidak tahu sopan santun, jangan tanya bagaimana reaksi masing-masing istri kami…. Saya tahu, maksud si kakak adalah Dokter Hewan (Veterinarian).

Situasi tadi menunjukan kita berdua dalam kondisi seperti dua orang yang télmi. Padahal dua-duanya tahu apa yang dibicarakan tetapi salah dalam pengucapan maupun artinya. Jadi kalau Anda tinggal di Indonesia dan memelihara anjing, jangan tanya dimana ada Dokter Binatang. Carilah Dokter Hewan untuk peliharaan Anda. Selain itu jangan pernah mengomel sambil berkata; “Kamu bodoh seperti binatang..!!” wah reaksinya bisa membuat Anda kena tikam….

Ada sebuah kisah lawakan sejarah yang diceritakan seorang purnawiraman perwira tinggi Angkatan Udara kepada saya. Terjadinya pada waktu Ratu Juliana pertama kali mengundang pemerintah Indonesia untuk awal misi persahabatan ke Belanda. Rombongan Indonesia dipimpin oleh almarhum Leo Wattimena. Beliau ketika itu seorang Pimpinan Angkatan Udara RI, Seorang penerbang ulung, dikenal nekad dan agak konyol. Konon kabarnya Wattimena pernah mau mencoba menerbangkan pesawat tempur masuk ke kolong jembatan Semanggi di Jakarta. Tetapi dilarang keras oleh Bung Karno, Presiden RI ke I pada waktu itu.

Ketika jamuan makan malam, di atas masing-masing piring para undangan terdapat hiasan Bunga Tulip segar sebagai lambang khas negeri kincir angin tersebut. Selesai berbasa-basi dan bersulang (toast), Ratu langsung mengucapkan; “It’s time to have dinner” dan tampaknya seperti memasukan sesuatu ke dalam mulutnya. Delegasi Indonesia, yang waktu itu masih tidak tahu protokoler Dinner Party, tampak kebingungan atau télmi. Apalagi mereka baru pertama kali melihat Bunga Tulip. Mereka tidak tahu benda apakah itu?

Salah seorang petinggi negara berbisik ke Pak Wattimena; “Eh Leo…, itu si Ratu makan apa ya…?”  Sebab mereka lihat Ratu Juliana seperti mengunyah dan si Bunga Tulip sudah tidak ada lagi di atas piringnya. Dengan kalem penerbang yang konyol ini menjawab; “Mungkin makan ini barangkali” dan langsung memasukan bunga Tulip dari atas piringnya itu ke dalam mulutnya. Demi sopan santun serempak seluruh anggota rombongan Indonesia pun mencicipi appetizer bunga tulip asli…

Ratu Juliana hanya mengangguk-angguk tersenyum.., mungkin dalam hatinya berkata; “Télmi amat, dasar rombongan orang utan.., gue makan roti tauuu…!!!”.

error: Content is protected !!