Press "Enter" to skip to content

Kasus Korupsi atas Kata ‘Daripada’

Last updated on January 20, 2019

Sekarang saatnya kita terjun ke medan laga sepak bola, mumpung sedang digelar Piala Dunia. Dari sekian berita tentang bola yang saya lihat melintas di lini masa, ada tiga yang merampas perhatian saya:

  • “Mancini: Hanya Brasil Yang Lebih Baik dari Italia!” (Bola.net)
  • “Kiper Spanyol Ini Sebut Liga Inggris Lebih Baik dari Liga Spanyol” (Bolasport.com)
  • “11 Striker Mahal Liga Inggris yang Dapat Bayaran Lebih Besar dari Gaji Harry Kane” (Sepakbola.com)

Tenang, saya bukan penggila bola, dan tidak hendak membahas materi yang disampaikan oleh berita-berita tersebut. Bahkan saya tidak cukup memerhatikan apakah berita-berita di atas merupakan berita hangat atau berita lama yang sudah kedaluarsa. Lagi-lagi, saya cuma tertarik dengan pilihan kata pada kedua kalimat di atas.

Begini. Dari ketiga judul berita di atas, semuanya menyajikan situasi perbandingan. Brasil dibandingkan dengan Italia. Liga Inggris dibandingkan dengan Liga Spanyol. Gaji striker Liga Inggris dibandingkan dengan gaji Harry Kane.

Masalahnya terletak pada kata depan yang digunakan di situ, yaitu kata dari. Betulkah kata dari merupakan kata depan yang berfungsi untuk membandingkan sesuatu, sehingga dapat dibentuk “lebih… dari…” atau “kurang… dari…”?

Secara teoretis, fungsi kata depan dari adalah untuk menunjukkan asal. Yang disebut dengan “asal” di sini bisa merupakan asal tempat, asal arah (baik tempat maupun hal abstrak), titik mula suatu perjalanan, juga bahan asal pembuat sesuatu. Maka, contoh-contoh kalimatnya bisa dilihat misalnya pada:

  • Saya dari Bantul, Pak. Datang ke Jakarta untuk mengadu nasib.
  • Perjalanan dari rumah saya menuju masjid dapat ditempuh dalam waktu lima menit saja.
  • Kita harus menjauh dari teror yang diciptakan oleh kenangan-kenangan masa lalu.
  • Minuman kental manis yang kamu bawa itu terbuat dari gula ditambah susu, bukan susu ditambah gula.

Tertangkap maksudnya, bukan? Poin utamanya, kata dari menunjukkan asal. Sementara itu, sebuah paket perbandingan meletakkan sesuatu yang “lebih” atau “kurang” dibandingkan dengan sesuatu yang lain. Jelas yang seperti itu bukan arah asal.

Maka, kata depan yang lebih logis untuk menggantikan kata depan dari pada judul-judul berita sepak bola di atas adalah kata depan yang secara khusus menunjukkan fungsi perbandingan, yaitu daripada. Bukan dari. Hasilnya seperti ini:

  • “Mancini: Hanya Brasil Yang Lebih Baik daripada Italia!”
  • “Kiper Spanyol Ini Sebut Liga Inggris Lebih Baik daripada Liga Spanyol”
  • “11 Striker Mahal Liga Inggris yang Dapat Bayaran Lebih Besar daripada Gaji Harry Kane”

Kata daripada bisa juga diganti dengan pilihan kata yang lain, misalnya ketimbang, dan dibandingkan dengan.

Agar lebih gampang dimengerti, kita bisa juga melihat tata bahasa Inggris. Untuk mengatakan “Aku lebih ganteng daripada kamu”, kita tidak mengatakan “I am more handsome from you”, melainkan “I am more handsome than you”. Pasangan more atau less adalah than. More than, bukan more from.

Itu sekadar pembanding saja, tanpa bermaksud menalar suatu bahasa dengan nalar bahasa lain.

Lantas kenapa kata daripada selama ini sering dikorupsi menjadi sekadar dari? Barangkali karena kita telanjur suka menyingkat ucapan. Karena saking terbiasanya, kebiasaan seperti itu menjadi lazim. Karena lazim, kata dari sebagai kata depan penunjuk perbandingan pun tetap diakui di dalam KBBI, namun sebagai bentuk ragam percakapan.

Karena itu, dalam perbincangan sehari-hari, silakan saja memakai lebih besar dari. Tidak apa-apa, Pak Guru tidak akan marah. Yang penting kita paham logika dasarnya, serta bisa menempatkan diri kapan sebuah kata harus diucapkan secara pas dan logis. Dalam dokumen-dokumen tertulis, misalnya, semua kata harus diracik secara logis, demi menghindari ambiguitas. Namun dalam obrolan sehari-hari, tak perlu juga kita harus jatuh ke dalam situasi “tersiksa karena bahasa”.

(IAD)

Content Disclaimer
The content of this article solely reflect the personal opinions of the author or contributor and doesn’t necessarily represent the official position of Bahasa Kita.

error: Content is protected !!