Press "Enter" to skip to content

Gunung Agung Bukan Erupsi, Tapi Meletus

Last updated on January 20, 2019

Saya ingin mencermati berbagai judul berita di media massa daring tentang Gunung Agung sekarang ini.

Sesuai dengan aneka berita yang melintas di lini masa, mulai jarang saya melihat media menggunakan kata ‘meletus’ untuk menggambarkan muntahnya lahar dari gunung berapi. Entah apa sebabnya, barangkali dirasa kurang keren dan kurang ilmiah. Alih-alih meletus, media sekarang lebih suka menggunakan kata ‘erupsi’.

Sebenarnya sah-sah saja kata erupsi digunakan. Toh, kata itu sudah resmi diserap ke dalam bahasa Indonesia. Yang jadi masalah adalah bagaimana kata erupsi itu diposisikan dalam judul dan kalimat. Saat saya membuka Google dan mengetikkan kata kunci “Gunung Agung, erupsi”, inilah judul-judul berita yang muncul:

“Dini Hari Tadi Gunung Agung Erupsi Lagi” (Tribunnews)

“Gunung Agung Erupsi, Kolom Abu Capai 2.500 M” (Kompas TV)

“PVMBG: Gunung Agung Bisa Erupsi Tanpa Ada Tanda-tanda” (Detikcom)

“Gunung Agung Kembali Erupsi Tadi Malam” (Metrotvnews)

Lihat, media-media di atas tersebut tidak sembarangan, bukan sekadar blog-blog pendulang Adsense. Namun mereka dengan sangat percaya diri meletakkan ‘Gunung Agung’ sebagai subjek, dan ‘erupsi’ sebagai predikat. Lantas, di mana masalahnya? Mari kita buka KBBI terlebih dahulu, Ibu-ibu.

erup.si

  1. n Geo letusan gunung api
  2. n Geo semburan sumber minyak dan uap panas
  3. n Dok kelainan pada kulit yang timbul secara cepat dan mendadak

Dengan melihat ketiga definisi di atas, konteks penggunaan kata ‘erupsi’ dalam berita-berita media daring tersebut adalah definisi pertama. Erupsi merupakan istilah geologi, bermakna “letusan gunung api”, berkelas kata nomina alias kata benda, bukan kata kerja!

Jadi, jika kita mengikuti media-media daring dengan mengucapkan kalimat “Gunung Agung kembali erupsi”, apa artinya?

Artinya, kita sama saja dengan mengatakan “Gunung Agung kembali letusan”. Tak bedanya kita mengucapkan “Sebuah bom ledakan” alih-alih “Sebuah bom meledak”. Sama-sama tidak jelas maksudnya.

Nah, akan jauh lebih terang jika kita mengatakan:

Gunung Agung kembali meletus.
Erupsi kembali terjadi di Gunung Agung.
Gunung Agung kembali mengalami erupsi.
Gunung Agung kembali bererupsi.

Seperti itulah, kira-kira. Namun, yang lebih penting dari pembahasan gramatika ini adalah harapan dan doa kita, agar erupsi Gunung Agung tidak membawa malapetaka bagi saudara-saudara kita di sekitarnya. Amin.

(IAD)

Content Disclaimer
The content of this article solely reflect the personal opinions of the author or contributor and doesn’t necessarily represent the official position of Bahasa Kita.

error: Content is protected !!